dananet.id – Tren thrifting atau berburu barang preloved kini bukan lagi sekadar gaya hidup alternatif. Bagi Generasi Z yang tumbuh di era ekonomi digital, thrifting justru jadi strategi finansial cerdas: tetap bisa tampil stylish tanpa membuat dompet menipis. Tapi tantangannya ada di satu hal — bagaimana memastikan kamu bisa belanja barang second-hand berkualitas untuk hemat biaya tanpa tertipu barang murahan?
![]() |
| Panduan Cerdas Gen-Z: Belanja Barang Second-Hand Berkualitas untuk Hemat Biaya |
Artikel ini menggabungkan pengalaman nyata Gen-Z, analisis finansial ringan, dan tips teknis agar kamu bisa menikmati pengalaman thrifting yang menyenangkan sekaligus efisien.
1. Gaya Hidup Thrifting: Dari Tren ke Strategi Finansial
Thrifting dulu identik dengan belanja murah meriah. Sekarang, ia berevolusi
menjadi bagian dari gaya hidup sadar finansial dan ramah lingkungan. Banyak
anak muda yang menjadikan belanja barang second-hand berkualitas untuk
hemat biaya sebagai bentuk gaya hidup yang berkelanjutan.
Menurut laporan ThredUp Resale Report, lebih dari 60% Gen-Z di Asia
memilih membeli barang preloved karena alasan ekonomi sekaligus etika. Mereka
sadar bahwa membeli barang bekas berarti mengurangi limbah tekstil dan
mendukung ekonomi sirkular.
Contohnya, Nadia (21 tahun), mahasiswi di Yogyakarta, bercerita bahwa ia berhasil memangkas pengeluaran bulanan hingga 35% berkat thrifting. “Awalnya cuma cari jaket vintage buat kuliah, tapi lama-lama jadi kebiasaan hemat. Barangnya unik, kualitas bagus, dan aku tetap bisa gaya,” ujarnya.
2. Ciri-Ciri Barang Second-Hand Berkualitas
Belanja second-hand bukan berarti kompromi terhadap mutu. Justru di sinilah
kemampuan experience-based judgment diuji. Berikut panduan praktis
untuk mengenali barang preloved berkualitas tinggi:
1. Cek
bahan dan tekstur. Pakaian berbahan katun atau denim tebal biasanya
tahan lama.
2. Perhatikan
detail jahitan dan label. Barang orisinal punya potongan rapi, tulisan
tidak kabur, dan benang tidak lepas.
3. Gunakan
trik cahaya alami. Arahkan ke sinar matahari untuk melihat apakah ada
noda atau robekan kecil.
4. Cium
aroma kain. Jika terlalu apek, besar kemungkinan disimpan di tempat
lembap — sulit dibersihkan.
5. Coba
fitting atau ukur manual. Ukuran pada label sering tidak akurat karena
penyusutan.
Pengalaman ini dibenarkan oleh Rani (22 tahun) dari Bandung, yang kerap berbelanja di pasar Cimol Gedebage. Ia selalu membawa portable lint remover dan senter kecil untuk memeriksa kondisi bahan. Dengan kebiasaan itu, ia bisa menemukan jaket Levi’s asli seharga Rp180 ribu yang kualitasnya nyaris baru.
3. Tempat Favorit Gen-Z Berburu Barang Second-Hand
Gen-Z tidak hanya belanja di pasar loak tradisional. Mereka juga
mengoptimalkan platform digital:
· Marketplace
Online (Tokopedia, Shopee, Carousell). Banyak toko preloved dengan
sistem rating transparan.
· Instagram
Thrift Store. Akun-akun seperti @vintage.id atau @secondwar.id sering
menjual kurasi barang branded.
· Offline
Market Lokal. Pasar Senen (Jakarta), Gedebage (Bandung), dan Pasar
Klithikan (Yogyakarta) tetap jadi surga thrifting klasik.
Selain itu, mereka memanfaatkan kalender promo tahunan dan cara memanfaatkannya bagi Gen-Z di platform e-commerce besar untuk menekan biaya pengiriman atau mendapat cashback tambahan.
4. Tips Profesional Saat Belanja Online Barang Second-Hand
Belanja preloved secara online lebih praktis, tapi juga penuh jebakan.
Berikut strategi digital yang bisa kamu terapkan:
· Periksa
foto produk dengan detail. Mintalah foto dari berbagai sudut, terutama
bagian leher, saku, dan resleting.
· Baca
deskripsi dengan teliti. Banyak penjual jujur menulis “ada noda kecil”
atau “bekas pemakaian ringan.”
· Lihat
ulasan pembeli sebelumnya. Jika rating 4,8 ke atas dan banyak ulasan
positif, itu sinyal aman.
· Gunakan
pembayaran aman lewat e-wallet atau escrow. Hindari transfer langsung.
Cara ini bukan hanya aman, tapi juga sejalan dengan semangat digital financial literacy yang kini jadi ciri khas anak muda Indonesia.
5. Kapan Waktu Terbaik untuk Thrifting?
Sama seperti promo online, thrifting juga punya “momen emas.” Biasanya, toko
preloved besar melakukan restock pada:
· Awal
bulan: banyak barang impor baru masuk.
· Akhir
bulan: toko menurunkan harga stok lama.
· Event
kampus dan bazar lokal: sering ada diskon tambahan.
Mengombinasikan waktu belanja ini dengan pemanfaatan kalender promo tahunan dan cara memanfaatkannya bagi Gen-Z bisa membuatmu lebih hemat lagi — baik untuk ongkir maupun cashback tambahan.
6. Barang Preloved yang Paling Aman dan Layak Dibeli
Tidak semua barang second-hand aman digunakan, tetapi beberapa kategori
tergolong low risk dan sangat direkomendasikan untuk Gen-Z:
· Fashion
item (jaket, celana, topi, tas)
· Furniture
ringan (rak, meja belajar, kursi estetik)
· Gadget
refurbished (ponsel, kamera, laptop — asal bergaransi toko)
· Buku
fisik dan vinyl — biasanya terawat dan bernilai nostalgia tinggi
Sebaliknya, hindari membeli barang second-hand seperti alat kosmetik, bantal, atau peralatan dapur yang sulit disterilkan.
7. Manfaat Finansial dan Ekologis
Setiap kali kamu memilih belanja barang second-hand berkualitas untuk
hemat biaya, kamu tidak hanya menekan pengeluaran pribadi, tapi juga
membantu bumi. Produksi fashion baru menyumbang 10% emisi karbon global.
Sementara barang preloved memperpanjang siklus hidup produk, mengurangi limbah,
dan menghemat energi produksi.
Dari sisi finansial, hasilnya signifikan. Berdasarkan survei kecil di kalangan pembaca Dananet.id, 7 dari 10 responden mengaku berhasil menghemat antara Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan setelah rutin thrifting.
8. Kolaborasi dan Ekonomi Berbagi di Dunia Thrifting
Gen-Z juga terkenal kreatif dalam menciptakan peluang baru. Banyak di antara
mereka yang membuka toko online kecil dari hasil thrifting — membeli murah,
merestorasi sedikit, lalu menjual kembali dengan margin 20–50%.
Arka (23 tahun), misalnya, memulai akun Instagram jual-beli
barang preloved bernama @rethreaded. Ia berbagi tips, “Kalau tahu bahan dan
tren warna, kamu bisa dapat untung sambil bantu orang lain dapat barang bagus
dengan harga wajar.”
Praktik seperti ini menunjukkan sisi entrepreneurial dari gerakan belanja barang second-hand berkualitas untuk hemat biaya — menggabungkan gaya hidup hemat, bisnis mikro, dan kesadaran lingkungan.
9. Tantangan dan Solusi: Menghindari Barang Palsu
Tantangan terbesar di pasar second-hand adalah barang palsu atau kualitas
yang dilebih-lebihkan.
Solusinya:
· Pelajari
ciri khas brand asli seperti pola jahitan, kode produksi, dan posisi
label.
· Gunakan
komunitas autentikasi online seperti forum Thrift Community Indonesia
di Reddit atau Telegram.
· Konsultasikan
dengan toko profesional. Banyak penjual yang menawarkan jasa
verifikasi keaslian dengan biaya kecil.
Kamu juga bisa menyimpan bookmark artikel tentang kalender promo tahunan dan cara memanfaatkannya bagi Gen-Z sebagai panduan perencanaan belanja yang hemat dan terarah sepanjang tahun.
10. Panduan Membersihkan dan Merawat Barang Preloved
Agar investasi kecilmu bertahan lama, lakukan perawatan sederhana berikut:
· Rendam
dengan air hangat + baking soda untuk menghilangkan bau dan bakteri.
· Gunakan
semprotan disinfektan lembut untuk tas dan sepatu kulit.
· Jemur
di bawah sinar matahari 10–15 menit. Hindari panas berlebihan agar
bahan tidak rusak.
· Gunakan
pewangi alami seperti daun pandan atau cuka apel agar aroma tetap
segar.
Merawat barang preloved bukan hanya menjaga kualitas, tapi juga memperpanjang umur ekonominya — hal yang sejalan dengan filosofi hemat ala Gen-Z.
FAQ: Belanja Barang Second-Hand
1. Apakah aman membeli pakaian bekas?
Aman, asalkan dibersihkan dengan benar. Gunakan air panas, deterjen
antibakteri, dan jemur hingga benar-benar kering.
2. Bagaimana cara tahu barang preloved masih layak pakai?
Periksa kondisi bahan, noda, dan fungsi (resleting, tombol). Bila rusak kecil
tapi bisa diperbaiki, masih layak dibeli.
3. Apakah semua toko online preloved terpercaya?
Tidak semua. Pastikan penjual memiliki rating tinggi, ulasan jujur, dan
menyediakan opsi pembayaran aman.
4. Apa keuntungan finansial dari thrifting?
Kamu bisa memangkas pengeluaran bulanan hingga 40%, serta menemukan barang unik
yang tidak dijual di toko retail biasa.
5. Apa kaitannya thrifting dengan lingkungan?
Membeli barang bekas membantu mengurangi limbah tekstil dan emisi karbon dari
industri fashion.
Dengan menerapkan panduan di atas, Gen-Z bisa menikmati pengalaman belanja barang second-hand berkualitas untuk hemat biaya yang lebih aman, cerdas, dan penuh nilai keberlanjutan. Di tangan yang tepat, thrifting bukan sekadar tren, melainkan gaya hidup modern yang menggabungkan kreativitas, kesadaran finansial, dan tanggung jawab sosial.
Reviewed by nanda
on
Oktober 06, 2025
Rating:

Tidak ada komentar: