Pendahuluan
dananet.id - Di tengah
cepatnya perkembangan aplikasi finansial, generasi muda kini semakin sadar
pentingnya mengelola uang dengan cerdas. Namun, masih banyak Gen-Z yang belum
tahu bagaimana cara efektif membedakan antara dana darurat dan investasi.
Padahal, kesalahan dalam menggabungkan keduanya bisa membuat keuangan
berantakan ketika kondisi darurat datang.
![]() |
| Cara Cerdas Gen-Z Memisahkan Tabungan Darurat dan Investasi agar Keuangan Lebih Aman dan Tumbuh |
Artikel ini membahas strategi Gen-Z memisahkan tabungan darurat dan investasi dengan pendekatan praktis dan realistis, berdasarkan pengalaman nyata dan rekomendasi ahli keuangan. Pendekatan ini bukan hanya soal teknis menyimpan uang, tetapi juga tentang bagaimana membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat dan terarah.
Mengapa Gen-Z Perlu Memisahkan Tabungan dan
Investasi
Menurut
survei Katadata Insight Center tahun 2024, lebih dari 60% Gen-Z di Indonesia
sudah mulai menabung atau berinvestasi secara digital. Namun, 45% di antaranya
masih mencampur uang darurat dengan uang investasi dalam satu rekening.
Masalahnya, ketika dana itu digunakan untuk hal tak terduga, aset investasi
ikut terganggu dan tujuan jangka panjang gagal tercapai.
Konsep
pemisahan keuangan ini sebenarnya bukan hal baru. Dalam dunia finansial dikenal
istilah mental accounting, yakni kecenderungan manusia untuk lebih
disiplin mengelola uang jika setiap tujuan memiliki “wadah” tersendiri. Dengan
memisahkan dana darurat dan investasi, Gen-Z bisa lebih tenang menghadapi
risiko tanpa mengorbankan pertumbuhan aset.
Seperti yang dijelaskan oleh perencana keuangan Rivan Kurniawan, “Pemisahan rekening atau portofolio adalah langkah awal penting agar seseorang memahami prioritas keuangannya sendiri.” Ini menjadi dasar utama bagi setiap strategi Gen-Z memisahkan tabungan darurat dan investasi yang berhasil.
Pengalaman Nyata: Mencoba Strategi Selama 3 Bulan
Sebagai
bagian dari generasi digital yang terbiasa serba cepat, saya juga pernah
mengalami kebingungan dalam menjaga keseimbangan keuangan. Selama
bertahun-tahun, saya hanya memiliki satu rekening untuk semua keperluan.
Akibatnya, setiap kali ingin investasi, saya harus menarik uang dari tabungan,
dan sebaliknya.
Akhirnya,
saya memutuskan mencoba strategi pemisahan keuangan selama tiga bulan. Saya
menggunakan dua aplikasi: Jenius untuk tabungan darurat dan Bibit
untuk investasi reksa dana.
Di bulan
pertama, tantangan terbesarnya bukan pada teknis aplikasi, tetapi pada mindset.
Saya sempat tergoda memindahkan dana darurat ke investasi saat pasar sedang
turun. Namun, saya mengubah nama rekening Jenius menjadi “Dana Tak
Tersentuh” agar secara psikologis lebih disiplin.
Hasilnya:
- Tabungan darurat saya
mencapai target 3x pengeluaran bulanan.
- Portofolio investasi tumbuh
stabil 4,7% dalam tiga bulan.
- Saya lebih tenang secara
mental karena tidak takut kekurangan dana darurat ketika investasi sedang
tidak likuid.
Eksperimen sederhana ini membuat saya paham bahwa kunci dari strategi Gen-Z memisahkan tabungan darurat dan investasi bukan hanya soal aplikasi atau teknologi, tetapi pada perubahan perilaku dan kedisiplinan dalam mengelola tujuan finansial.
Langkah-langkah Praktis Memisahkan Tabungan dan
Investasi
Berikut
panduan langkah demi langkah yang bisa diikuti Gen-Z agar lebih mudah mengatur
dua pos penting ini:
1. Tentukan Tujuan Finansial
Pisahkan
antara dana darurat (untuk kebutuhan tak terduga seperti sakit atau kehilangan
pekerjaan) dan dana investasi (untuk pertumbuhan jangka panjang). Tuliskan
tujuan spesifiknya di catatan digital.
2. Gunakan Aplikasi yang Tepat
Pilih
aplikasi berbeda untuk dua kebutuhan tersebut. Misalnya:
- Tabungan darurat: Jenius, Bank Jago, atau
SeaBank.
- Investasi: Bibit, Pluang, atau
Bareksa.
Hal ini
membantu membangun batas psikologis yang jelas antara menabung dan
berinvestasi.
3. Atur Persentase Otomatis
Terapkan
sistem auto-debit, misalnya:
- 20% penghasilan masuk ke
rekening tabungan darurat.
- 10% dialihkan ke aplikasi
investasi.
Dengan
begitu, kamu tidak perlu memikirkan proses setiap bulan, cukup awasi
progresnya.
4. Hindari Campur Dana
Jangan
gunakan satu aplikasi untuk dua tujuan. Walaupun fitur e-wallet atau investasi
kadang menawarkan fleksibilitas, memisahkannya di platform berbeda akan lebih
aman secara perilaku finansial.
5. Evaluasi Tiap 3 Bulan
Periksa pertumbuhan dan kebutuhan dana darurat. Jika sudah melebihi target (biasanya 3–6x pengeluaran bulanan), alokasikan surplusnya ke instrumen investasi yang lebih agresif.
Insight Ahli: Apa Kata Perencana Keuangan
Menurut Ajeng
Nurfadilah, CFP dari Finansialku.com, pemisahan dana bukan hanya soal
teknis, tapi juga tentang “menata mental keuangan”. Banyak anak muda gagal
membangun stabilitas karena terlalu fokus pada return, bukan pada kesiapan
menghadapi risiko.
“Investasi
tanpa dana darurat ibarat membangun rumah tanpa pondasi. Kamu mungkin bisa
menambah lantai, tapi begitu gempa datang, semuanya runtuh,” ujar Ajeng.
Insight seperti ini memperkuat alasan mengapa strategi Gen-Z memisahkan tabungan darurat dan investasi sangat relevan bagi generasi yang baru mulai mandiri secara finansial. Gen-Z dikenal adaptif terhadap teknologi, tapi sering kali belum memiliki ketahanan finansial yang cukup kuat.
Visualisasi Alokasi Ideal Keuangan Gen-Z
|
Kategori |
Persentase Rekomendasi |
Contoh Nominal (Pendapatan Rp6.000.000) |
|
Tabungan
Darurat |
20% |
Rp1.200.000 |
|
Investasi |
10% |
Rp600.000 |
|
Kebutuhan
Pokok |
50% |
Rp3.000.000 |
|
Gaya
Hidup & Hiburan |
20% |
Rp1.200.000 |
Dengan alokasi sederhana seperti ini, Gen-Z bisa menyeimbangkan keamanan dan pertumbuhan keuangan. Tabungan darurat berfungsi sebagai benteng pertama, sedangkan investasi menjadi kendaraan untuk membangun kekayaan jangka panjang.
Tips Tambahan Agar Disiplin Menjalankan Strategi
Ini
- Gunakan nama unik pada
rekening.
Misalnya “Safety Net” untuk dana darurat dan “Grow Fund” untuk investasi.
- Gunakan reminder otomatis dari aplikasi keuangan agar
tidak lupa transfer rutin.
- Jangan campur penghasilan
tambahan.
Uang bonus atau freelance sebaiknya langsung diarahkan ke salah satu
tujuan (darurat atau investasi).
- Evaluasi aplikasi secara
berkala.
Teknologi berubah cepat; pastikan platform yang digunakan masih aman dan
terdaftar di OJK.
- Bangun mindset jangka panjang. Pemisahan ini bukan untuk gaya-gayaan, tapi demi kebebasan finansial di masa depan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah
wajib punya dua aplikasi berbeda untuk tabungan dan investasi?
Tidak wajib, tapi disarankan. Dengan aplikasi terpisah, kamu akan lebih
disiplin dan tidak mudah tergoda memakai dana darurat untuk investasi.
2. Berapa
idealnya jumlah dana darurat untuk Gen-Z?
Umumnya 3–6 kali pengeluaran bulanan. Jika kamu masih lajang dan belum punya
tanggungan, 3x pengeluaran sudah cukup.
3. Apakah
investasi bisa jadi dana darurat jika mudah dicairkan?
Tidak disarankan. Nilai investasi bisa turun saat pasar jatuh, sehingga dana
darurat harus tetap disimpan di instrumen yang stabil dan likuid.
4.
Bagaimana cara memastikan aplikasi yang digunakan aman?
Pastikan aplikasi terdaftar dan diawasi oleh OJK, memiliki sistem keamanan
berlapis, serta mencantumkan informasi legal yang transparan.
5. Apa
kesalahan umum Gen-Z dalam mengelola dua dana ini?
Campur uang dalam satu rekening, tergoda pakai dana darurat untuk hal
konsumtif, dan tidak punya target jelas untuk masing-masing pos.
Penutup Inspiratif
Menjalankan
strategi Gen-Z memisahkan tabungan darurat dan investasi bukan hanya
soal mengatur uang, tetapi juga tentang membangun disiplin, kesadaran diri, dan
kebiasaan yang akan berdampak panjang terhadap masa depan finansial.
Dengan bantuan aplikasi keuangan yang kini semakin mudah digunakan, kamu bisa memulai langkah kecil hari ini karena setiap rupiah yang kamu pisahkan, adalah bentuk investasi terhadap ketenangan dan kemandirian dirimu sendiri.
Reviewed by nanda
on
Oktober 14, 2025
Rating:

Tidak ada komentar: